Maaf ikut nimbrung, melihat topiknya begitu hangat. Menanggapi bukunya Safir Senduk, sy rasa pendapat dia sangat benar. Untuk menjadi "kaya" (banyak duit) tidak perlu kita keluar dari pekerjaan kita. Tapi kalo ada pendapat yg bilang teori ini "mematahkan" teorinya kiyosaki, bhw hanya pengusaha yang bisa "kaya" sy rasa ini kurang benar. Krn di sini ada salah pengertian.

Kenapa? Perbedaannya ada di konsep "Kaya". Kiyosaki menggambarkan kondisi kaya bukan dari banyaknya uang yg anda punya, tapi seberapa lama anda bisa bertahan kalo anda tidak "bekerja" (hidup dari gaji anda). Sebagai contoh seorang manager dengan gaji 20 jt sebulan, kehilangan pekerjaannya / tiba2 sakit parah, berapa lama dia bisa survive dengan keadaan ini? Jadi kiyosaki ngga membahas ttg banyak duit, ttp ttg KEBEBASAN FINANSIAL.

Oleh karna itu, Kiyosaki menganjurkan kita mangakumulasi ASET. Aset di sini bisa di analogikan dgn pendapatan pasif, atau Pak Safir biasa bilang ASET produktif. Aset produktif bisa berupa REal estate, BIsnis, Saham (surat2 berharga). Intinya aset ini bisa menghsilkan uang buat kita tanpa kita harus menyita semua waktu untuk terlibat didalamnya. Aset spt ini hanya bisa didapat kalo kita berINVESTASI. Untuk itu kita memang harus menyisihkan waktu, TAPI KITA TIDAK PERLU KELUAR KERJA KAN?

Jika kita terus menerus memutar uang yg kita sisihkan di dalam aset spt ini, suatu saat (insya allah) Income dr aset ini akan mengcover seluruh kebutuhan hidup kita, bahkan mungkin LEBIH! Kondisi ini disebut bebas finansial krn sekalipun kita di PHK, Income dr aset kita sdh mengcover hidup kita.

Nah kalo anda sdh mencapai taraf bebas finansial, sekalipun status anda masih karyawan, anda tetap punya pilihan MAU TETAP JADI KARYAWAN DENGAN MENGABDIKAN WAKTU ANDA UNTUK BOS ANDA atau TINGGALKAN DUNIA ITU & GUNAKAN WAKTU ANDA FULL UNTUK TERJUN KE DUNIA INVESTASI. IT'S YOUR CHOICE!

Kesimpulan:

Menjadi pengusaha / karyawan bukan di situ masalahnya, tapi mulailah kita MENGAKUMULASI ASET, entah berupa bisnis sampingan, franchise, properti yg dikotrakkan, lalu putarkan income nya ke aset baru spy aset anda makin besar, begitu seterusnya, sampai suatu saat aset2 anda yg menopang kebutuhan anda, bukan gaji anda. Selanjutnya? ya terserah anda!


WASSALAM

GLEN
EU-19

Tidak semua sosok penarik becak berada dibawah garis kemiskinan dan kumuh.
Haji Wahid (56),penarik becak, yang biasanya mangkal di kawasan Gunung
Pereng Kec. Cihideung, Tasikmalaya, adalah sosok lain dari seorang penarik
becak. Selain santun, Wahid ulet dan rajin menabung. Buah dari semua itu, ia
bersama istrinya Hj. Siti Hujaenah, bisa menunaikan ibadah haji pada tahun
2004."Saya bersyukur, karena dari hasil cucuran keringat ini, bisa naik haji
dan menyekolahkan anak," kata Hawid saat ditemui di Terminal Bus
Tasikmalaya, Jumat (5/5).

Pada tahun 1972 Wahid memulai bekerja sebagai penarik becak di Gunung
Pereng. Ia mendapatkan becaknya dari hasil kredit yang dibayarkannya setiap
hari. "Waktu iu saya mencicil Rp 150,00/hari. Cicilan itu, saya bayar selama
kurang lebih setahun," kata warga Jl. Paseh Kota Tasikmalaya ini.

Lunas membayar becak, ayah tiga anak ini mulai menabung untuk membeli tanah
buat tempat tinggalnya. Berkat kerja keras siang dan malam menarik becak,
serta kedisiplinannya dalam menggunakan uang, ia mampu membeli tanah dan
membangun rumah. "Sebagian dari hasil menarik becak, saya tabungkan untuk
berbagai keperluan," katanya.

Lalu ia kembali mengambil cicilan becak, dengan harapan bisa disewakan
kepada rekan lainnya. Ternyata cara itu cukup menambah penghasilan bagi
Wahid. Dari satu becak, lalu sampai akhirnya tahun ini, ia bisa memiliki 40
becak. "Di antaranya, 25 becak milik saya disewakan dengan tarif Rp
4.000,00/hari.
Sisanya, saya kreditkan kepada orang lain," ujarnya.

Tidak hanya itu, sejak punya dua becak, keluarga ini menabung agar bisa naik
haji. Tak ada target harus berapa besar tabungan terisi setiap bulannya.
Wahid hanya menyisihkan uang dari hasil usahanya, setelah digunakan untuk
makan serta kebutuhan sehari-hari.

Ia juga berhasil menyekolahkan ketiga anaknya dengan baik. Anak pertama,
Wawan lulusan Diploma 2, adiknya Eva jebolan SLTA. Si bungsu Dedi, masih
sekolah di SMA.

Setelah becaknya bertambah, ia akhirnya mendirikan kamar kontrakan di daerah
Gunung Pereng, Kota Tasikmalaya. Saat ini, ada 25 kamar yang disewakan oleh
Wahid. Setiap kamarnya, disewakan Rp 85.000,00/bulan. "Lumayan untuk
menambah penghasilan," katanya.

Setelah merasa tabungan yang dikumpulkannya selama 30 tahun jumlahnya cukup,
pada tahun 2003 ia mendaftarkan diri untuk berangkat haji beserta istrinya.
Pada tahun 2004, Wahid bisa pergi ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam
kelima. Perasannya, benar-benar bahagia karena sesuatu yang sebelumnya tidak
pernah terbayangkan ia bisa pergi ke tanah suci.

Hingga kini sekarang Wahid yang rajin ibadah ini, tetap mengayuh becak.
Sehari ia kadang mendapatkan Rp 10.000,00 hingga Rp 20.000,00. Tapi kadang
dia juga sama sekali kosong. Tapi semua itu, dijalani dengan kesabaran,
keuletan, dan kerja keras.

Wahid bisa membuktikan bahwa penarik becak juga bisa hidup dengan baik.
**
*Sumber: Pikiran Rakyat, 6 Mei 2006*


Berita di PR ini sempat terlewatkan, beruntung rekan saya Fatra (dosen
antik), sempat kasih comment di blog saya. Pagi ini saya bongkar-bongkar
kembali tumpukan koran PR, dan ketemu juga. Ada yang menarik dan menjadi
bahan pelajaran buat saya. Bukan kerja keras, keuletan, kesabaran dari Pak
Wahid yang membuat saya terinspirasi. Semua orang sudah tahu, kerja keras,
tekun, ulet, sabar, adalah pepatah klasik untuk kita bisa berhasil/sukses.

Yang menarik perhatian saya adalah cara Pak Wahid meningkatkan
penghasilannya. Dia tidak bekerja mengayuh becak 24 jam.., dan pasti dia
tahu itu tidak mungkin. Tapi yang dilakukannya adalah menyisihkan dari
penghasilannya untuk mulai berinvestasi. Pertama dengan mengambil kredit
becak lagi, untuk kemudian disewakan kepada orang lain. Selanjutnya bahkan
dia membeli becak, untuk dikreditkan kepada orang lain. Artinya, Pak Wahid
sudah membuka usaha LEASING becak. Tahap selanjutnya dari penghasilannya
tersebut dia membeli tanah untuk membangun rumah/kamar kontrakan.

Coba kita hitung saja, sekarang kamar kontrakannya ada 25 buah, disewakan Rp
85.000,00 per bulan. Berarti kalau sewaan terisi penuh Pak Wahid akan
memperoleh penghasilan 25 x Rp 85.000,00 = Rp 2.125.000,00. Waw.., S1 fresh
graduate aja gajinya ga sampe segini. Dan Pak Wahid sebetulnya tidak harus
bekerja lagi, dia tetap akan menerima penghasilan dari sewaan kamar dan
sewaan becak miliknya. Namun, Pak Wahid tetap juga mengayuh becak. Ga tau
kenapa..? Apakah itu adalah His Calling? (ya kan Pak Harry?)

Saya tidak tahu apakah Pak Wahid membaca buku Robert Kiyosaki? Atau sempat
membaca bukunya Valentino Dinsi, atau bukunya Safir Senduk? Saya kira
tidak..
Pak Wahid mulai menarik becak sejak tahun 1972. Buku-buku tersebut belum
terbit di Indonesia. Tapi Pak Wahid sudah memiliki satu kecerdasan lain yang
tidak banyak dimiliki oleh orang lain, yaitu Kecerdasan Finansial.

Saya sendiri merasa malu.., bisa jadi saya memiliki penghasilan yang lebih
besar dari Pak Wahid. Tapi saya hingga saat ini belum memiliki aset yang
bisa dibilang benar-benar aset. Mungkin diantara anda juga mengalami hal
yang sama, bekerja tiap hari, kok gaji ga cukup-cukup ya..? Kok saya puluhan
tahun terus bekerja, belum juga punya aset..?

Sepertinya kita harus mulai bercermin dari Pak Wahid. Ya kan Pak Safir
Senduk..? Hehehe

Ya, satu kata ini bisa mengubah hidup anda. Bahkan bisa mengubah sejarah peradaban dunia. Semua orang sukses pasti akrab dengan satu kata ini. Hidup dan hari-harinya dipenuhi dengan satu kata ini.

Satu kata ini yang telah membuat Thoma Edison menemukan penerang bagi dunia. Satu kata ini yang membuat Henry Ford menjadi super kaya. Satu kata ini yang membuat Ray Kroc menyebarkan virus Mc Donald's di seluruh dunia.

Satu kata ini membuat otak kita selalu aktif berpikir untuk mencapainya. Satu kata ini membuat kita take action. Satu kata ini adalah awal dari miracle dalam hidup kita. Apa itu? Sebentar, saya lanjutkan dulu...

Satu kata ini juga yang telah mengubah bisnis dan hidup saya menjadi seperti sekarang ini. Satu kata ini juga yang mengubah kehidupan guru saya, Pak Tung DW menjadi pembicara termahal di Indonesia saat ini.

Apa satu kata yang saya maksudkan itu? Penasaran ya?

Insya Allah, besok akan saya kasih tau.
Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya mau melanjutkan sharing tulisan kemarin. Kemarin sengaja saya gantung, biar bikin penasaran. He he he...

Satu kata yang paling dahsyat dan powerful itu adalah: Bagaimana (HOW)?

Semua pencapaian dalam sejarah peradaban dunia dimulai dengan kata ini. Nggak mungkin Wright bersaudara bisa menemukan pesawat terbang tanpa dimulai dengan kata ini. Begitu juga dengan Jerry Yang dan David Filo ketika mereka menemukan Yahoo!. Bill Gates juga pasti menggunakan kata ini ketika ingin mewujudkan mimpinya ingin menghadirkan PC di setiap rumah di dunia.

Pak Tung Desem Waringin sendiri menginspirasi saya dalam menggunakan kata ini. Dulu, Pak Tung cerita bagaimana dia berhasil mendapatkan income 10 tahun hanya dalam 1 bulan saja. Sekarang, kabarnya income 10 tahun itu sudah dapat diraih dalam waktu 15 menit saja! Itu semua dimulai dari satu kata ini: Bagaimana?

Saya pun bisa melakukan beberapa terobosan (break through) dalam bisnis dan kehidupan dengan menggunakan kata yang powerful ini. Berikut ini adalah contoh penggunaan kata ini yang sudah berhasil saya raih, alhamdulillah:

- Bagaimana income satu tahun didapat dalam satu bulan saja?

- Bagaimana profit itu benar-benar ada uangnya di rekening kita? (dulu profit itu hanya ada dalam hitungan pembukuan karena penjualan sebagian besar adalah kredit dan banyak yang ngemplang)

- Bagaimana bisnis terus bertumbuh tapi saya tetap santai, tidak sibuk?

- Bagaimana saya berbisnis tanpa buka toko?

- Bagaimana saya bisa sukses berbisnis dari rumah saja?

- Masih banyak lagi hal lain yang telah berhasil saya raih dengan menggunakan satu kata ini.

Saya pun masih terus berpikir untuk menggunakan kata ini untuk pencapaian yang lebih tinggi lagi. Kata ini benar-benar powerful. Dengan menggunakan kata ini otak kita akan berpikir keras bagaimana cara mewujudkan keinginan itu. Langkah kita menjadi terarah kepada tujuan ini. Segala sumber daya yang dibutuhkan untuk itu pun mulai terkumpul satu per satu seiring dengan ikhtiar kita dalam melangkah mewujudkannya. Tanpa disadari, keinginan itu pun sudah mewujud di dalam dekapan kita.

Anda percaya dengan cerita saya? Coba aja...



posted by Badroni

7 huruf itu yang sering dan masih menghantui pikiran saya sekarang.
Karena belum sepenuhnya tau sebenarnya PASSION saya ada dimana dan
semua bisnis saya kerjakan sangat menarik. Tapi memang saya harus
pilih yang saya senengin satu saja untuk lebih fokus.

Beberapa teman nasehatin saya kalo PASSION saya di otomotif, beberapa
yang lain bilang sebaiknya saya di IT. Saya akan jelaskan sedikit
mengenai Passion yang artinya adalah Gairah atau hubungannya dengan
bisnis atau Semangat Berbisnis. Menurut saya setiap orang pasti punya
PASSION dalam berbisnis begitu juga dengan saya, cuma yang menjadi
kendala adalah PASSION kita di bisnis apa sih ?? itu yang harus kita
tanyakan ke diri sendiri.

Untuk temen-temen yang mempunyai 1 jenis bisnis mungkin gak masalah,
dia akan fokus terus ke bisnis nya tersebut dan akan menjadi masalah
bila sudah ada tawaran untuk berbisnis di bidang lain yang
keuntungannya lebih menarik, lebih cepat, dan lebih besar, padahal
dia gak tau cara berbisnisnya seperti apa dan mungkin juga gak punya
PASSION di calon bisnisnya yang baru itu.

Buat temen-temen yang lain yang punya bisnis lebih dari satu, seperti
Pak Purdie, Pak Valentino Dinsi, Pak Budi Rachmat atau yang lainnya.
Mungkin akan menjadi kendala di awalnya. Setelah sistem terbentuk,
bisnis sudah jalan bagus, kendala tsb bisa diatasi. Tapi tetap saja
diantara sekian banyak bisnis yang dimiliki, pasti punya pilihan
favorit bisnis atau kita sebut PASSION nya.

Saya punya teman di BERCA Group yang dimiliki oleh Hartati Murdaya,
Suami dan Anaknya. Menurut temen saya di Berca juga punya ratusan
perusahaan group. Pemiliknya punya PASSION sendiri-sendiri. Untuk Bu
Hartati Murdaya pilih perusahaan infrastruktur, anaknya pilih
perusahaan IT dan suaminya pilih perusahaan lainnya. Gimana
perusahaan lainnya... ya dipegang oleh Profesional. Pemilik cukup
dateng sebulan sekali atau 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali untuk
melihat perkembangan perusahaan. Jadi bukan berarti kita gak bisa
punya banyak perusahaan, bisa aja.. caranya ..ya untuk perusahaan
yang kita senengin (PASSION kita) kita pegang sendiri, kalo untuk
perusahaan yang kurang kita senengin tapi menghasilkan duit ya bisa
dipegang oleh profesional.

Sekali lagi ini menyangkut PASSION atau seberapa besar gairah kita
untuk mengatur sendiri perusahaan kita atau menjadi self employee.

Jum'at sore minggu lalu saya denger di Smart FM, idola saya Pak Tung
Desem sedang omongin masalah bisnis dan menjawab salah satu
pertanyaan dari pendengar. Pertanyaannya adalah "Pak Tung saya ini
pebisnis pemula bagaimana saya harus memulai", dan dijawab oleh Pak
Tung "Jadilah GENERALIS dan SPECIALIS"... lebih lanjut menurut beliau
adalah jadilah GENERALIS dengan mencoba semua bisnis dulu yang kira-
kira bagus menurut ukuran kamu, kalo sudah dicoba semua jadilah
SPESIALIS di antara satu yang generalis itu, atau kesimpulan saya
adalah coba aja dulu bisnis apa aja, jadi makelar, jadi broker, jadi
konsultan, jadi pedagang, buka EO, ... setelah melalui waktu dan
pengalaman nanti akan terbuka PASSION kita yang mana dari semua
bisnis yang kita punya.

Menurut Pak Mario Teguh juga bahwa hampir 90 persen pebisnis pemula
yang awalnya adalah pegawai, dia akan berhasil berbisnis bila sesuai
dengan jenis pekerjaannya yang terakhir. Bisa jadi dulu pernah jadi
Office Boy, kemudian dia buka agen OB ke kantor2 dan sukses. Bisa
jadi dulu pernah jadi staff GA kemudian buka training atau konsultan
kemudian sukses. Semua itu kalo PASSION nya sudah mantap disitu,
karena menyangkut bekerja dengan FUN, HAPPY, SEMANGAT, BERGAIRAH
seperti penganten baru terus untuk melakukan bisnis yang kadang butuh
waktu 24 jam dalam sehari, dan mungkin 7 hari seminggu gak pernah
istirahat. Kalo kita gak punya PASSION pasti akan loyo dan males
untuk mengerjakan terus-menerus secara konsisten.

Jadi buat pebisnis pemula bisa dimulai dengan berbisnis dulu dan
nanti mencari PASSION nya dimana, seperti nasehat Pak Tung, atau kalo
sudah tau PASSION nya masing-masing tinggal berbisnis aja dibidang
itu,..seperti nasehatnya Pak Mario,.. gampangkan ... mau buat usaha
lainnya ...ya tinggal dibuat.. kalo usaha yg baru bukan PASSION
kita .. ya kasih aja profesional untuk jalanin... atau biar partner
kita yang jalanin .. yang agak sulit mungkin kalo PASSION kita
banyak,.. semuanya mau,.. wah yang ini namanya POLIGAMI,.. he..he..
saya gak mau sumbang saran kalo yang ini... pastinya ada untung dan
ruginya sih.. untuk berbisnis loo .. bukan ber Rumah Tangga seperti
Pak Puspo yang punya WONG SOLO, kalo seperti Pak Puspo saya belum
pengalaman sih.. he,..he..


Salam Funtastic


Agus Ali

All,

Saya jadi inget mengenai MASSVE dan PASSIVE Income
yang “diperkenalkan” oleh pak TDW kepada saya......
pada seminar “Retired Young, Retired Rich” (Kiyosaki)
pada tahun 2005 (klo ga salah) digedung Citibank
(sebelah gedung BEJ), Senayan.

Kenapa saya begitu ingat tentang seminar tsb.....
karena saya, sebagai penggemar Kiyosaki, tidak pernah
baca mengenai Massive Income dalam buku2 Kiyosaki....
koq TDW ngomongin Massive Income (dalam seminar itu).
Oleh sebab itu setelah seminar tsb saya “kejar”
TDW.... saya meminta konfirmasi mengenai Massive
Income ini.... saya telp, sms dan email beliau. Karena
itu, saya jadi ingat sekali seminar tsb.

Saya juga jadi teringat-kembali bahwa pada seminar
tsb, TDW memperkenalkan kepada audience 2 “orang
hebat” dalam lingkungan beliau yaitu pak Roni dan ibu
Holijah.... yang segera setelah seminar ke-2 “orang
hebat” tsb saya temui secara pribadi.... waktu itu
saya lagi giat2nya menjadi “drakula”..... yang haus
atau harus “menyerap” (bukan menghisap lho...) energi
positif dari semua “orang2 hebat”. Saya temui dan
berjabat-tangan (media penyerapan) dengan ke-2 “orang
hebat” tsb.

Tak terasa.... tanpa direncanakan.... tanpa diatur
sebelumnya.... ternyata saat ini saya
ber-interaksi/berhubungan-erat dengan ke-2 “orang
hebat” tersebut..... yaitu pak Roni Badroni (sang
“Provokator” dan “inspirator” saya) dan ibu Holijah
Siregar (penasehat KEU dan Pajak saya).


Kembali ke Massive dan Passive Income.

Fokus saya adalah ke INCOME....

Jadi mo dari Passive, Active, Massive ataupun Multiple
Source of Income (MSI)..... tidak ada masalah....
bergantung pada oportuniti atau kesempatan yang ada
dihadapan saya.

Sumber2 Income tersebut di atas adalah “pilihan”.
Kita akan punya “pilihan”, jika ada “oportuniti”
(kesempatan).
Kita akan mendapatkan/melihat (suatu) “oportuniti”
(kesempatan), jika selalu berpikir secara positif
(“positif thinking”).

Apapun pilihan kita.... tidak menjadi masalah, buat
saya...

JADI....,
Saya pilih TDA.... bukan TDB atau Amphibi....
Apa pilihan anda...???
eeechh... koq jadi kesini pembahasannya.... (pesan
sponsor nich...)
He...he...he...

Nah...
Dalam permainan Cashflow Game 101 (CFG-101
Kiyosaki)...
Saya mengerti/melihat bahwa “oportuniti” (kesempatan)
itu...
... letaknya “DILUAR KONTROL” kita........

Oportunity (kesempatan)....,
... adalah yang selalu diharapkan orang...
... adalah yang di-tunggu2 orang..........
... adalah yang selalu di-impi2kan orang..

Tapi....,
bagaimana kita mo punya Massive Income, klo kesempatan
untuk itu tidak/belum datang..?
bagaimana kita mo punya Passive Income, klo kesempatan
untuk itu tidak/belum datang..?


Bagaimana dengan saya, Massive atau Passive Income
dulu?

Saya fokus ke Income.... atau tepatnya cashflow....
Saya optimumkan semua harta yang saya miliki... agar
menghasilkan income...

Nah...
Dalam permainan Cashflow Game 101 (CFG-101
Kiyosaki)...
Saya mengerti/melihat bahwa harta kita (baik yang
sebagai Asset maupun Liabiliti)...
... adalah 100% berada di DALAM KONTROL kita....

Saya juga mengerti dan memahami bahwa....
melakukan “terhadap sesuatu yang 100% berada di DALAM
KONTROL kita”....
adalah hal yang paling mudah...

KARENA....
kita tidak bergantung pada “durian runtuh”...
.... tidak bergantung pada suntikan modal (yang ga
datang2)....
.... tidak bergantung pada kesempatan (yang ga
datang2)........
.... tidak bergantung pada iklim
ekonomi.......................
.... tidak bergantung pada tinggi/rendah-nya bunga
bank........
.... tidak bergantung pada musim hujan, musim
kering...........
.... tidak bergantung pada musim salak, durian,
rambutan.......

BUKTI-nya.... komunitas TDA membuka beberapa
toko/kegiatan bisnis saat ini...
Karena....
kita tidak bergantung pada “durian runtuh”...
.... tidak bergantung pada suntikan
modal......................
.... tidak bergantung pada
kesempatan..........................
.... tidak bergantung pada iklim
ekonomi.......................
.... tidak bergantung pada tinggi/rendah-nya bunga
bank........
.... tidak bergantung pada musim hujan, musim
kering...........
.... tidak bergantung pada musim salak, durian,
rambutan.......

JADI...,
Hanya dengan “positive thinking” aja....
Maka oportuniti yang 100% ada di DALAM KONTROL kita...
Sudah bisa kita kerjakan...

Dengan memahami mana harta yang sebagai ASSET dan mana
yang sebagai LIABILITI...
Dengan melakukan “asset management”.... yaitu dengan
“memindahkan” harta yang Liabiti menjadi harta yang
Asset....

HASIL-nya saya punya ACTIVE dan PASSIVE Income... yang
jaaauuuuuh lebih besar daripada ketika saya masih
bekerja (makan gaji)....

PADAHAL nilai harta saya (baik yang sebagai Asset
maupun yang sebagai Liabiliti).... relatif masih sama
besar ketika saya keluar dari kerjaan 3 tahun yll.


Bagaimana dengan MASSIVE Income saya?

Nah....
Saat ini atau tepatnya tgl 24 Juni 2006 yll.... saya
menyaksikan penanda-tanganan kontrak jual-beli
batubara senilai usd.8juta per bulan selama 5
tahun....
“klo sampe kontrak ini berhasil di-realisasi-kan”....
maka saya akan mendapatkan Massive Income setiap
bulannya selama 5 tahun kedepan.

Kenapa saya sebutkan “klo sampe kontrak ini berhasil
di-realisasi-kan”....

Karena....
Apakah kontrak ini benar2 dapat di-realisasi-kan....
hampir semuanya berada DILUAR KONTROL saya.
... bergantung pada hasil
“site-visit”.............................
... bergantung pada hasil “surveyor
report”........................
... bergantung pada apakah Letter of Credit-nya terbit
“on-time”...
... bergantung pada apakah Letter of Credit-nya
“workable”.........
... bergantung pada apakah Performance Bond-nya terbit
“on-time”...
... bergantung pada kesiapan barang untuk
dikapalkan...............
... bergantung pada apakah Vessel-nya
“ready”......................
... bergantung pada apakah loading
rate-nya........................
... bergantung pada... pada.... pada...
pada.......................


KESIMPULAN.
- Fokus saya ke INCOME...

- Selalu perpikiran positif (positive thinking)...
- Karena oportuniti/kesempatan yang DIDALAM KONTROL
kita, sudah ada...

- Selalu memiliki “dream” yang tinggi dan
“open-minded”...
- Karena oportiniti/kesempatan yang DILUAR KONTROL
kita, selalu “lewat” didepan kita...


Semoga bermanfaat.

Salam,
Budi_rachmat@yahoo.com

Saya yakin sebagian besar anda sudah tahu istilah
Passive Income (PI) ini dari bukunya Robert Kiyosaki.
Nah, untuk istilah Massive Income (MI) ini
diperkenalkan oleh Pak Tung DW. Maksudnya adalah
income yang bener-bener gede.

Saya pernah berbeda pendapat dengan Pak Tung soal ini.
Saya berpendapat MI dulu yang harus dikejar. Menurut
Pak Tung malah sebaliknya, MI dulu baru PI.

Waktu itu saya masih buka toko di Tanah Abang. Income
saya masih sekitar 10 jutaan per bulan. Di samping itu
saya juga aktif juga mencari PI diantaranya dengan
membeli saham dan sebuah lahan perkebunan kelapa sawit
di Jambi. Di samping itu saya juga ikutan sebuah
perusahaan money game, GoldQuest. Sial, ketipu banyak
juga saya di sini. Hasil dari semua itu memang nggak
seberapa. Dari sawit dapat 1 jutaan per bulan. Dari
saham lumayan juga. Sayangnya, di GoldQuest uang saya
raip lebih dari 30 jutaan.

Menurut Pak Tung, yang harus saya lakukan adalah
menciptakan mesin uang dulu untuk mendapatkan MI. Dan
ini telah dibuktikannya. Waktu saya tanya asistennya,
sekarang mobil Pak Tung ada berapa dan apa aja?
Jawabnya, ada 4 yaitu Mercy, Alphard, Previa dan
Panther. Wow, ini perubahan yang sangat drastis
dibandingkan waktu masih pakai Panther Miyabi tua
tahun 2003 lalu.

Mau PI dulu atau MI dulu sebenarnya relatif. Mana yang
cocok aja. Saya sendiri tidak menyarankan untuk
memilih salah satu. Kalau saya pribadi, cenderung
memilih fokus di MI dulu, sambil mempersiapkan PI.
Kalau ada uang nganggur, investasikan untuk PI. Tapi,
kalau masih dibutuhkan untuk meningkatkan MI,
optimalkan saja dulu. Begitu...

Salam FUUUNtastic TDA!
Let's create massive income NOW!

Wass,
Roni

Dalam membuat tujuan atau target, selama ini kita kenal istilah SMART yaitu Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time Table. Jadi, dalam membuat target harus spesifik, terukur, bisa diraih, realistis dan ada target waktunya.

Ternyata, oleh Adam Khoo kunci membuat tujuan itu diubah menjadi:
1. Spesifik dan terukur
2. Bergairah dan menggembirakan
3. Lompatan tujuan untuk mendapatkan hasil yang besar.

Point ketiga inilah yang membuat saya surprise. Kebanyakan orang, termasuk saya membuat tujuan secara inkremental. Misalnya, tahun ini penghasilan per bulan adalah Rp. 10 juta. Target tahun depan adalah Rp. 12 juta. Menurut Adam Khoo, tujuan melompat (quantum leap) adalah bila anda menginginkan penghasilan Rp. 100 juta per bulan. Menurutnya, tujuan yang melompat akan sangat memberdayakan. Membuat tujuan yang melompat jauh lebih menggembirakan dibanding tujuan yang meningkat secara inkremental. Jika tujuan itu tidak menggembirakan, secara emosional kita tidak memiliki penggerak yang kuat untuk mencapainya.

Secara akal sehat dan logika, tujuan melompat ini tidak sulit untuk dijelaskan. Hanya imajinasi dan keyakinanlah yang bisa menjelaskannya. Secara logika, itu adalah hal yang mustahil. Tapi, percaya atau tidak, banyak yang telah membuktikannya. Contohnya Adam Khoo itu. Di usia 26, ketika teman sebayanya rata-rata berpenghasilan $ 24.000 per tahun, dia sudah berhasil menembus penghasilan $ 1.000.000. Dari seorang berperingkat paling bawah di sekolah bisa masuk junior college di negerinya, Singapura.

Tujuan yang melompat menghasilkan strategi yang melompat juga. Jelas beda dong. Strategi untuk mendapatkan penghasilan Rp. 50 juta per tahun jelas berbeda dengan strategi untuk mendapatkan Rp. 1 milyar setahun. Tujuan melompat akan memaksa otak kita untuk berpikir "out of the box". Otak kita dipaksa untuk memikirkan cara-cara baru dan paradigma baru untuk mencapainya, dibandingkan tujuan inkremental yang hanya menaikkan sedikit daya dan upaya kita untuk mencapainya.

Dengan menetapkan tujuan yang melompat akan mendapatkan hasil yang luar biasa. Teringat pernyataan dari Pak Tung DW yang mengatakan yang penting bukan seberapa banyak kekayaan anda, tapi seberapa cepat anda mencapainya. Artinya, anda pasti akan mendapatkan uang 1 milyar. Semua orang pasti akan mendapatkannya. Pertanyaannya adalah, berapa lama? Itu masalahnya. Dengan penghasilan Rp. 2 juta per bulan anda PASTI akan dapat 1 Milyar dalam 500 bulan atau 41,7 tahun. Bisakah angka 1 milyar itu dicapai dalam waktu 1 tahun atau 1 bulan saja? Itu yang menarik dan menantang. Tujuan itu akan membuat otak kita berpikir keras untuk mencapainya. Perlu adanya perubahan strategi, cara dan upaya untuk mencapainya.

Fenomena bisnis ekonomi saat ini tidak lepas dari penerapan tujuan yang melompat dan cara berpikir out of the box ini. Bill Gates (Microsoft), Michael Dell (Dell Computer), Jeff Bezos (Amazon.com), Jerry Yang (Yahoo!) adalah para pemikir out of the box yang telah membuktikannya. Negara seperti Jepang, Korea, Singapura adalah contoh negara yang mampu berpikir out of the box yang bangkit dari ketidak berdayaan secara sumber daya alam dan letak geografis menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat di dunia.

Bagaimana dengan di Indonesia? Pastinya banyak juga. Beberapa di antaranya adalah: Tung DW, Andrie Wongso (motivator no.1 di Indonesia, tidak tamat SD), Aa Gym, Purdie Chandra (Primagama), Puspo Wardoyo (Ayam Bakar Wong Solo), Made (Edam Burger), Sukiatno Nugroho (Es Teler 77), Jhonny Andrean (Bread Talk dan Donat J.Co), Chairul Tanjung (Bank Mega, TransTV), Sandy Uno (Saratoga Capital), Harry Tanoesoedibjo (Bhakti Investama). Daftar ini bisa panjang. Merekalah para pejuang from zero to hero. Hasil yang mereka peroleh, jelas merupakan lompatan kuantum yang membuat decak kagum.

Mungkinkah ini kita ikuti? Jawabnya: sangat mungkin. Sudah banyak yang membuktikannya. Mau bukti apa lagi. So, alasan apa lagi untuk kita untuk tidak dapat mengikuti jejak langkah mereka? Pertanyaan ini sekaligus juga menantang saya pribadi. Ayo, kita sama-sama buktikan. Siap? Go! Go! Go! Saya pasti bisa, anda pasti bisa!

Salam FUUUNtastic!
Ayo, buat lompatan kuantum dalam hidup dan bisnis kita...

Kemarin saya berkunjung ke tempat seorang kawan di daerah Depok.

Kunjungan ini sebenarnya sudah sejak lama saya rencanakan. Namun, selalu batal karena satu dan lain hal.

Saya penasaran dengan sepak terjang bisnis dari kawan yang satu ini. Namanya sebut saja Pak Ahmad.

Apa yang menarik dari Pak Ahmad? Kondisinya sekarang sudah luar biasa. Dia mengalami sebuah lompatan kuantum dalam bisnis hanya dalam setahun saja. Kehidupannya ibarat bumi dan langit setelah itu.

Saya bertemu Pak Ahmad kurang dari 2 tahun yang lalu di sebuah seminar mengenai peluang bisnis. Waktu itu saya menjadi salah satu pembicaranya.

Setelah itu saya bertemu lagi dengannya tidak berapa lama setelah saya mulai menulis blog. Kira-kira bulan Desember 2005.

Pak Ahmad masih dalam kondisi kebingungan menentukan bisnis yang akan digelutinya. Saya coba berikan beberapa saran waktu itu.

Beberapa saat setelah itu saya dikabari bahwa Pak Ahmad sudah memulai bisnis di bidang konveksi dengan mensuplai sebuah brand baju anak-anak.

Lho, kok bisa begitu? Padahal Pak Ahmad tidak punya sama sekali kemampuan di bidang jahit menjahit. Modal pun tidak punya.

Itulah ajaibnya bisnis. Kita tidak perlu punya keahlian tertentu untuk memulainya.

Pak Ahmad memulainya dengan nekat, menurut saya. Dia memberanikan diri untuk memulai dengan tekad yang kuat. Pokoknya jalan dulu.

Ke sana ke mari dicarinya mesin jahit dan lokasi produksi. Modal didapat dari pinjaman di perusahaan tempat dia mengabdi selama ini.

"Saya bosan Pak. Sudah 18 tahun bekerja di perusahaan itu. Saya ingin berbisnis", katanya waktu itu. Hal ini kemudian menjadi alasan yang kuat baginya untuk membuat perubahan dalam hidupnya.

Setahun kemudian kehidupan Pak Ahmad telah mengalami perubahan drastis. Dia sekarang sudah punya kendaraan, 4 buah properti, 2 brand pakaian, 1 bisnis salon dan 1 bisnis travel. Saat ini dia sedang membangun sebuah komplek perumahan dengan 16 rumah yang siap dipasarkan. Tahun depan, dia berencana membawa bisnisnya go global. Di kantornya saya lihat ada peta dunia.

"Wah, saya kalah nih. Di tempat saya cuma ada peta Indonesia. Di tempat Pak Ahmad malah ada peta dunia", kata saya dengan terkagum-kagum.

"Iya Pak Roni. Visi saya adalah membawa produk saya ke pasar Internasional. Saya akan mulai dari sini, kemudian ke sini dan ke sini", jawabnya sambil menunjuk dengan yakin titik-titik negara tujuan eksport produknya.

Ck, ck, ck. Saya terkagum dalam hati.

"Saya banyak belajar dari Pak Roni", katanya merendah. Saya merasa mendapat kehormatan dengan kunjungan ini.

Wah, saya jadi tersanjung nih. Saya katakan bahwa saya sangat kagum dengan prestasinya.

Bayangkan, bagaimana seorang pekerja yang berangkat kerja sejak subuh dan pulang larut malam, namun bisa mengembangkan bisnis dan investasi secara masif dalam waktu 1 tahun? Pak Ahmad sampai sekarang masih TDB, belum full TDA.

Akhirnya, rasa penasaran saya terbayar setelah bertemu dengan Pak Ahmad ini. Pak Ahmad adalah contoh orang yang ingin mengubah hidupnya dengan segala upaya yang dia bisa lalukan. Hasilnya terlihat jelas. Lompatan kuantum telah dialaminya.

Banyak yang saya pelajari dari sosok Pak Ahmad ini. Salah satunya adalah selalu bermimpi yang besar.

Alhamdulillah, Pak Ahmad telah membukakan mata saya untuk bermimpi yang lebih besar. Saya ingin membawa Manet ke pusat mode dunia, Paris. Insya Allah.


Salam FUUUNtastic!
Have a wonderful and productive Monday!

Wassalam,

Roni,

Sunday, 22 May 2005
Cerita ini tentang Robert Kyosaky yang hampir menyelesaikan kewajiban militer sebagai pilot AL Amerika. Dia tertegun melihat kawan mainnya telah menjadi milyarder, dan dia ingin meniru. Apa yang harus dilakukannya, berbisnis atau kah bekerja lagi untuk menjadi kaya.

Ketika Robert Kyosaky bertanya kepada ayah kayanya, apa yang harus dia lakukan untuk membangun bisnisnya. Ayahnya menyarankan untuk bekerja. ”Bekerjalah, tapi bukan untuk tujuan uang,” pesan ayah kayanya. Dia memilih menjadi karyawan di XEROX, karena Xerox memiliki setrategi dan training sales terbaik di dunia. Robert memilih sebagai sales, karena pada hakikatnya berbisnis adalah saling. Dia berpikir, pengalaman yang didapat dari sales akan menambah pengetahuan yang akan sangat menunjang bisnisnya kelak. Dia tidak bekerja hanya untuk uang, tapi juga investasi pengetahuan bisnisnya di masa mendatang. Pada satu tahun pertama, dia menjadi sales terjelek di suatu cabang Xerox. Tapi berkat kegigihannya, bebrapa tahun kemudian dia telah menjadi sales yang piawai.

Ketika pekerjaannya semakin bagus, dia tidak juga menjadi kaya. Dia berpikir untuk bekerja paroh waktu untuk menambah penghasilannya. Ketika dia berkonsultasi kepada ayah kayanya, dia diberikan inspirasi, ”Kenapa kamu tidak berbisnis paroh waktu ?” Itu akan menunjang investasimu nanti. Investasi diartikan sebagai membangun bisnis yang telah direncanakan yang selanjutnya akan membeli asset-aset baru.

Lulus sekolah mau ke mana?
Ketika kita lulus sekolah atau kuliah, dengan modal ilmu yang ada tapi tidak memiliki modal dan pengalaman untuk berbisnis, maka menjadi karyawan adalah pilihan ‘yang tepat’. Di kampus kita tidak dipersiapkan untuk terjun ke dunia nyata, tidak disiapkan untuk terjun ke jalanan, tapi lebih disiapkan untuk memasuki dunia kerja yang bersistem. Padahal hidup di jalanan lebih kejam, dan kebanyakan dari kita tidak siap.

Pengalaman untuk mempelajari sistem di perusahaan ketika menjadi karyawan adalah bagus. Tapi pengalaman berbisnis lebih nyata dan bahkan lebih ‘kejam’. Sebagai karyawan, sistem sudah tertata, kita tinggal menjalankan dan memperbaiki bila ada improvement yang diperlukan. Tapi membangun bisnis, berarti membangun sistem. Sistem apa yang tepat kita terapkan di perusahaan yang kita bangun sendiri, akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan kita.

Berikut ini pengalaman pribadi dan untung rugi kerja rangkap.

Berbisnis Tidak bekerja
Ketika saya memiliki modal, saya berusaha untuk berbisnis tanpa bekerja. Penghasilan bisnis belum menutup kebutuhan hidup, sehingga mengurangi modal dan akhirnya habis. Ini yang membuat kegagalan bisnis saya pertama.


Bekerja sambil Bekerja
Bekerja di dua tempat membuat kita capek dan kurang focus. Padahal posisi kita di dua tempat yang berbeda itu juga tidak bagus bagus sekali. Kecuali kalau kita bekerja di dua perusahaan dengan posisi sebagai Direktur.


Bekerja sambil Berbisnis
Bekerja sambil berbisnis juga capek. Ketika posisi bisnis masih kecil, kecapekan dan keuntungan belum terasa. Tapi ketika omzet, keuntungan dan waktu kita yang terserap meningkat, maka saatnya memilih. Mau memilih bisnis yang ‘kurang menentu’ dengan peningkatan keuntungan yang tidak linier atau tetap sebagai karyawan yang ‘aman’ dengan gaji linier.


Berbisnis sambil berbisnis lagi, lagi dan lagi
Ketika kita sudah memutuskan untuk hanya menjadi business owner, pemilik, pembangun bisnis, maka tidak ada kata lain harus mendevelop bisnis. Membuat bisnissatu, dua, tiga dan seterusnya. Bisa bisnis sejenis, bisnis serumpun atau mengelolah bisnis yang sama sekali tidak berhubungan.
Mau mulai dari mana?
Tinggal keberanian kita dan posisi kita sekarang. Kita berada di mana dan mau kemana? Mau menapaki menjadi karyawan dulu, langsung berbisnis, atau tetap menjadi karyawan seumur hidup. Maukah Anda menjadi orang gajian seumur hidup? Tidak kah Anda ingin memiliki karyawan dan menggaji mereka.

Selamat berpikir, menentukan langkah dan mewujudkannya.

Apa yang telah saya alami, benar-benar didasari oleh kebutuhan untuk terus hidup dan survive sehingga saya melakukan bisnis. Pengalaman berbisnis yang telah saya alami benar-benar tidak di dapat dari bangku sekolah atau kuliah. Jadi benar-benar ngawur dan langsung terjun ke lapangan. Ketika di Jakarta, saya berkenalan dan mendapatkan bimbingan serta inspirasi bisnis di EU (Enterpreneur University) Jakarta.
Buat mentor EU, terima kasih atas bimbingannya dan inspirasinya terutama tentang pelajaran berhutang dan membayarnya dengan berbisnis.

Ditulis oleh Masbukhin

Wednesday, 27 October 2004
Nyontek itu kreatif. Nyontek dalam bisnis itu sah-sah saja.

APA boleh kita menyontek bisnis atau kesuksesan pengusaha lain? Saya kira dalam dunia usaha, itu sah-sah saja. Apalagi bagi kita yang baru belajar memulai usaha. Saya sendiri ketika pertama kali buka usaha sewaktu mahasiswa dulu, saya juga bingung mau usaha apa. Saya lihat, Sky Mulyono suskes besar buka bimbingan belajar di Jakarta. Saya pikir, kenapa saya tidak buka bimbingan belajar di Yogya.

Waktu itu, saya belum punya pengalaman bisnis. Pokoknya saya buka saja. Saya tidak pernah menghitung-hitung, apakah bisnis itu fisible atau tidak. Karena saya yakin, kalau usaha Sky Mulyono bisa sukses, maka saya pun juga bisa sukses. Pendeknya, saya memberanikan buka usaha bimbingan belajar itu, baru hitungan bisnisnya menyusul. Bukan sebaliknya, kita banyak hitungan bisnis, tapi akhirnya usaha tak pernah muncul-muncul, dan hanya sekedar ide. Akhirnya, saya buka bimbingan belajar Primagama. Begitu juga, ketika saya buka restoran padang prima Raja, saya juga meniru kesuksesan restoran Padang Sari Ratu di Jakarta.

Ini beda dengan tradisi sistem pendidikan kita di sekolah. Jadi yang namanya nyontek dilarang keras. Padahal, menurut saya, orang nyontek itu kreatif. Nyontek dalam bisnis itu sah-sah saja. Maka Bambang Rahmadi nyontek membuka Mc Donald-nya lewat franchise bisa sukses. Begitu juga, pengusaha Pizza Hut, Kentuky Fried Chicken, dan masih banyak usaha lainnya

Usaha mereka, kini jadi besar, juga bukan karena modal besar. Sebaliknya mereka sukses dari modal kecil. Memang tak sedikit tantangan atau kegagalan yang dialaminya. Tapi, semuanya dilalui dengan sabar karena mereka ingin meraih sukses dalam usahanya. Saya yakin, kita pun juga bisa demikian. Kalau orang lain maju usahanya, kita semestinya harus maju pula. Oleh karena itu menurut saya, "Kita tak usah khawatir dengan resiko bisnis kalaupun itu muncul. Hadapilah dengan sabar dan penuh percaya diri. Kita harus yakin pada usaha kita.

Memang benar apa yang pernah

Friday, 21 July 2006
Hampir semua orang khususnya yang terjun di dunia entrepreneurship mengenal nama Purdie E. Chandra. Seorang entrepreneur sukses yang selalu menjadi ikon dalam setiap pembicaraan entrepreneurship. Ia adalah Primagama Group yang outletnya mencapai 400 outlet di seluruh Indonesia. Bahkan akan ekspansi ke luar negeri. Usahanya tidak hanya dibidang pendidikan, terus merambah di bidang lain: traveling, terminal tiket, properti, dan lain-lain.


Dalam berbagai seminar di beberapa kota di Indonesia, atau mentoring Entrepreneur University, ia sering memperkenalkan diri dengan sebutan “Profesi Pengusaha, Pekerjaan Golf”. Hal ini untuk menunjukkan bahwa menjadi pengusaha sukses itu nikmat dan tidak harus menangani sendiri secara langsung. Sebab, semua pekerjaan di perusahaannya sudah ada yang menangani, ia tinggal bekerja “seenaknya” sendiri, maul golf, catur, mancing, atau tiduran sampai bosan juga tidak ada yang melarang. Toh, uang akan datang sendiri. Belakangan ia selalu sibuk dengan hobinya yakni memberikan seminar bisnis di berbagai kota di tanah air khususnya seminar yang digelar oleh cabang-cabang Entrepreneur Universitay di berbagai kota.



Mengikuti beberapa kali seminarnya, dan membaca bukunya yang best seller berjudul “Menjadi Entreprener Sukses”, termasuk berkali-kali kesempatan bertemu secara informal, saya mencatat “teori” bisnisnya yang telah teruji sukses. Teorinya telah mengantarkan Bimbingan Belajar Primagama menjadi sebuah lembaga bimbingan test yang masuk MURI karena memiliki jumlah peserta dan outlet yang terbanyak di Indonesia. Teori-teori bisnisnya berbasis pada “Pengembangan kekuatan otak kanan, otak emosional-spiritual sebagai modal membangun bisnis”.



Kenapa otak kanan? Seperti kita ketahui otak kita terdiri dari dua bagian besar yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah otak yang bekerjanya sekuensial, urut, logis, analitis dan objektif. Otak kiri adalah otak yang tugas utamanya menjelaskan tentang sesuatu hal. Ia pandai menguraikan “benang kusut” menjadi lebih jelas, mengurai masalah dengan jelas berikut alternatif pemecahannya. Sementara otak kanan adalah otak yang bekerjanya, tidak urut, simultan, holistik dan relasional. Otak kanan terkenal juga dengan otak spiritual-emosional yang imajinatif dan kreatif. Berbeda dengan otak kiri yang ahli menjelaskan sesuatu, otak kanan ahli dalam hal “melakukan sesuatu”. Otak kanan adalah juga otak “keberanian”.



Dalam perspektif bisnnis, seseorang dengan dominan otak kiri hanya akan ahli menjelaskan bahwa “binis ini layak”, atau “bisnis itu tidak layak”, “bisnis harus begini dan begitu”, tapi giliran untuk praktik bisnis, otak kiri menjadi peragu. Sebaliknya, otak kanan yang cenderung emosional, sering tanpa perhitungan berani langsung praktik bisnis. Soal hitungan layak-tidaknya sebuah bisnis sering kali dikesampingkan. Menurut seseorang yang dominan otak kanan, soal hitung-menghitung dan soal teknis lainnya, bisa sambil jalan.



Sementara otak kanan adalah otak kreatif, dan imajinatif. Secara kodrati otak ini senantiasa menangkap dorongan spiritual-emosional: “ingin menciptakan sesuatu”, “ingin sukses besar”, “ingin menjadi…” dan dorongan imajinatif lainnya. Singkatnya otak kanan adalah otak pemimpi. Mimpi ingin menjadi pebisnis sukses, misalnya, terletak di otak kanan. Secara khusus, otak kanan adalah otak bisnis. Dikatakan demikian, karena otak kanan di dalamnya terdapat dorongan spiritual-emosional bisnis. Di dalam otak kanan pula tersimpan energi bisnis yang nyaris tidak pernah padam yakni OPTIMISME BISNIS.



Menurut Purdie (2005) bahwa seseorang yang mencerdaskan otak kananya lebih dahulu maka otak kiri akan mengikutinya. Bila otak kanan dinaikkan, maka otak kiri akan mengikutinya. Bila optimisme, kepercayaan diri, kesabaran, ketawakalan, tanggungjawab yang berada di otak kanan ditingkatkan maka otak kiri akan meningkat kemampuanya.


Cara meningkatkan kualitas otak kanan diantaranya melalui kemampuan berimjinasi. Dengan imajinasi pikiran menjadi melayang-layang memimpikan masa depannya yang lebih cemerlang. Imajinasi menjadikan seseorang lebih termotivasi. Karena otak kanan juga dikenal otak spiritual-emosional, maka untuk mencerdaskannya dapat melalui shalat khusyuk, shlat malam, berpuasa, dan berdzikir dalam hati setiap saat. Ketawakalan merupakan bentuk kecerdasan otak kanan.



Apabila otak kanan sudah cerdas, maka dapat menjadi pijakan utama dalam mengembangkan diri dan bisnis. Ketika seseorang bertawakal misalnya, maka resiko apa pun menjadi teratasi dengan baik. Setidaknya hal yang demikian Purdie telah membuktikannya melalui perjalanan bisnisnya yang kini mulai menggurita. Pengalaman sukses bisnisnya tertuang dalam buku best seller-nya “Menjadi Entrepreneur Sukses”.



Bila kita menyimak buku yang diterbitkan oleh Grasindo setebal 199 halaman terdiri 80 artikel format essay pencerahan itu, adalah artikel-artikel berbasis kecerdasan otak kanan atau kecerdasan emosional-spiritual. Hampir semuanya mengupas masalah bagaimana mencerdasakan dan memanfaatkan otak kanan. Simak artikel-artikel dalam Bab Pertama tentang sejumlah berani: “Berani Mimpi”, “Berani Mencoba”, “Berani Merantau”, “Berani Gagal” dan “Berani Sukses”. Pada lima bab berikutnya juga boleh dikatakan merupakan “tip” sukses bisnis berbasis otak kanan seperti sejumlah judul: “Mimpi Jadi Entrepreneur”, “Mimpi Jadi Investor”, “Gagal Kuliah Jadilah Entrepreneur”, “Berani Dulu Baru Terampil”, “Belajar Bisnis Sambil Jalan”.



Teori Purdie sebenarnya dibangun di atas otak kanan dengan mengakses dan memanfaatkan energi potensial otak kanan yakni optimisme. Salah satu kecerdasan puncak otak kanan atau pikiran emosional-spiritual adalah optimisme. Energi optimisme merupakan energi positif hasil kombinasi dari: energi spirit mewujudkan visi ditambah energi sikap positif tidak mengenal gagal, keuletan dan ketawakalan. Optimesme merupakan keyakinan seratus persen bahwa Tuhan tidak akan ingkar janji terhadap setiap usaha manusia pasti ada hasilnya.



Atas dasar optimisme yang bersifat transedental (optimisme atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan tidak ingkar janji) Purdie membangun teori “smart street”, yakni pintar di jalanan, alias pintar karena pengalaman. Kalau mau buka bisnis jangan terlalu banyak pertimbangan kurang ini dan itu. Berani buka usaha, berani beresiko, keterampilan dan sukses akan mengikutinya.



Purdie sangat mempercayai bahwa optimisme transedental merupakan modal utama dalam bisnis. Hal ini tercermin dalam ungkapan-ungkapan populernya pada berbagai kesempatan dan bahkan ungkapan ini menjadi “lagu wajib” dalam entrepreneurship. Jargon yang kemudian menjadi sangat identik dengan “Teori Purdie” adalah BODOL, BOTOL, dan BOBOL.



BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain). Menurut Purdie, kalau mau buka bisnis tapi tidak punya modal duit, maka kita harus tetap optimis dengan modal duit orang lain. Asal bisnisnya, prospektif kita harus optimis dengan duit orang lain. Entah itu berupa pinjaman berbunga, pinjaman sementara, atau bagi hasil . Malah, kata Purdie, meski kita punya uang sendiri kalau ada orang lain yang bersedia meminjami, diterima saja. Uang sendiri bisa untuk tambah modal atau cadangan operasional.



Ada kecenderungan psikologis bila kita bisnis modal pinjaman. Kita menjadi lebih termotivasi, lebih serius untuk menekuni usahanya. Sebab bila sampai target tertentu tidak terpenuhi atau bangkrut, resikonya lebih besar karena harus mengembalikan pinjamannya.



BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain). Apabila Anda kebetulan sudah punya modal duit, tetapi masih ragu-ragu karena belum pengalaman, maka gunakan saja tenaga orang lain. Cari orang-orang yang dapat dipercaya, bertanggungjawab dan terampil di bidangnya. Tugas Anda adalah menciptakan system manajerial dan akuntasi, pembinaan dan kontrol seperlunya.



Setiap entrepreneur harus berani optimis dengan tenaga orang lain. Bukanlah seorang entrepneur beneran bila segalanya dikerjakan sendiri karena tidak percaya terhadap orang lain. Kesuksesan entrepreneur adalah apabila hampir semua aktifitas teknis dan manajerial dikerjakan oleh karyawannya. Tugas utama seorang entrepreneur adalah mengarahkan seluruh aktifitas bisnis sesuai visi dan misinya.



BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Apabila sampai hari ini belum mempunyai ide bisnis, Anda harus berani optomis dengan bisnis orang lain. Bentuknya bisa dimulai dari meniru binis orang lain, bekerja sama dalam bentuk waralaba (franchise), atau menjadi anggota bisnis MLM (multi level marketing). Bisa juga misalnya, bagi hasil laba karena Anda punya tempat (tanah, gedung dan fasilitas lain) sementara orang lain membutuhkannya untuk pengembangan usahanya.



Atas dasar optimisme-optimesme tersebut diatas, Purdie dengan mudahnya mengatakan bahwa memulai bisnis ibarat masuk kamar mandi. Masuk saja, tanpa banyak pertimbangan. Baru setelah masuk kamar mandi, akan mengetahui kekurangannya: kurang sabun, sikat, shampoo atau yang lainnya. Maksudnya, kalau Anda mau memulai bisnis, masuk saja secara optimis, kekurangan akan ketrampilan, modal dan sebagainya dapat dilengkapi nanti.



Kenapa optimisme yang menjadi landasan membangun bisnis yang sukses? Sepanjang masih ada optimisme –yang transeden utamanya— pada seorang entrepreneur, semua pintu kegagalan tertutup, dan semua pintu peluang sukses terbuka lebar. Selebar hati saat-saat menerima ketawakalan menuju sukses.

Saya yakin sebagian besar anda sudah tahu istilah Passive Income (PI) ini dari bukunya Robert Kiyosaki. Nah, untuk istilah Massive Income (MI) ini diperkenalkan oleh Pak Tung DW. Maksudnya adalah income yang bener-bener gede.

Saya pernah berbeda pendapat dengan Pak Tung soal ini. Saya berpendapat PI dulu yang harus dikejar. Menurut Pak Tung malah sebaliknya, MI dulu baru PI.

Waktu itu saya masih buka toko di Tanah Abang. Income saya masih sekitar 10 jutaan per bulan. Di samping itu saya juga aktif juga mencari PI diantaranya dengan membeli saham dan sebuah lahan perkebunan kelapa sawit di Jambi. Di samping itu saya juga ikutan sebuah perusahaan money game, GoldQuest. Sial, ketipu banyak juga saya di sini. Hasil dari semua itu memang nggak seberapa. Dari sawit dapat 1 jutaan per bulan. Dari saham lumayan juga. Sayangnya, di GoldQuest uang saya raip lebih dari 30 jutaan.

Menurut Pak Tung, yang harus saya lakukan adalah menciptakan mesin uang dulu untuk mendapatkan MI. Dan ini telah dibuktikannya. Waktu saya tanya asistennya, sekarang mobil Pak Tung ada berapa dan apa aja? Jawabnya, ada 4 yaitu Mercy, Alphard, Previa dan Panther. Wow, ini perubahan yang sangat drastis dibandingkan waktu masih pakai Panther Miyabi tua tahun 2003 lalu.

Mau PI dulu atau MI dulu sebenarnya relatif. Mana yang cocok aja. Saya sendiri tidak menyarankan untuk memilih salah satu. Kalau saya pribadi, cenderung memilih fokus di MI dulu, sambil mempersiapkan PI. Kalau ada uang nganggur, investasikan untuk PI. Tapi, kalau masih dibutuhkan untuk meningkatkan MI, optimalkan saja dulu. Begitu...

Salam FUUUNtastic TDA!
Let's create massive income NOW!

Roni

Thursday, 03 February 2005

Berikut ini dipaparkan beberapa kutipan Purdi E Chandra, pendiri Primagama dan Entrepreneur University yang menjadi pembicara utama dalam seminar yang mengangkat tema "gila", maka setiap ungkapan yang dikemukakan Purdi terasa "gila" dan membuat peserta tertawa.

Saya masuk kuliah di empat universitas tapi tidak selesaikan kuliah. Tapi saya juga heran kenapa bisa dirikan Primagama, sebuah lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia yang cabangnya sampai ratusan.

Padahal saya tidak terlalu pintar-pintar amat. Makanya saya berpikir kalau kita terlalu pintar menyebabkan terlalu banyak pertimbangan, yang akhirnya tak ada sama sekali yang bisa dikerjakan. Makanya mungkin alangkah baiknya anak kita jangan terlalu pintar (hadirin tertawa). Anak saya yang di SMP ranking 11 langsung minta mobil. Ini sudah luar biasa dibandingkan sebelumnya yang ranking 20-an. Dia juga mau jadi pengusaha. Lihat saja banyak orang pintar tapi tidak mau kerja.

Untuk mau menjadi pengusaha jangan terlalu banyak pertimbangan. Laksanakan saja niat itu dan tunggu hasilnya. Coba lihat pakar akuntansi tidak mau berusaha karena apa. Yah itu tadi karena mereka belum berusaha sudah takut jadi pengusaha, karena mereka sudah mempelajari dulu hitung-hitungan menjadi pengusaha yang mengerikan makanya mereka takut sebelum berusaha.

Lalu kenapa orang mau jadi pengusaha. Saya kira Jaya Setiabudi sudah memaparkan banyak tadi. Yah jadi pengusaha itu misalnya gini, saya merasa tiap hari kerjanya apa. Paling kalau ada yang mau ditandatangani baru muncul. Makanya yang perlu diketahui calon pengusaha tidak usah muluk-muluk kalu sudah bisa tanda tangan yah bagus-lah (hadirin tertawa).

Pengusaha itu tidak perlu tinggi-tinggi sekolah, karena yang mereka perlukan hanya tahu tanda tangan dan mengingat bentuk tanda tangannya jangan sampai salah tanda tangan satu dengan lainnya.

Selain itu, pengusaha kebanyakan dari orang malas. Sebab orang yang sudah pintar itu diperebutkan sama perusahaan untuk menjadi karyawan. Makanya yang jadi pengusaha itu dulunya orang malas. Orang malas sebenarnya bukan hal yang negatif karena melihat pengalaman selama ini, kebanyakan mereka yang jadi pengusaha.

Nah, orang pintar akan dibutuhkan pengusaha sebagai tulang punggung perusahaan. Misalnya, saya sebagi Direktur, banyak pegawai saya adalah para doktor, sementara saya tamat kuliah juga tidak. Paling saya membuat akademi perguruan tinggi dan memanggil para doktor mengajar di tempat saya dan gelar saya dapat dari akademi saya sendiri.

Setelah berbicara bahwa seorang pengusaha tak harus pintar, pendiri lembaga pendidikan Primagama dan Entrepreneur University, Purdie E Chandra, mengupas pembicaraan mengenai fungsi otak kanan sebagai salah satu tips menjadi pengusaha, berikut beberapa petikannya.

Untuk menjadi pengusaha memang harus sedikit "gila". Lebih gila lagi kalau teman-teman tidak mau jadi pengusaha (hadirin tertawa). Untuk menjadi seorang pengusaha pakailah otak kanan Anda. Kalau perlu jangan gunakan sama sekali otak kiri. Kenapa harus otak kanan?

Ini yang lucu karena otak kanan mengajarkan kita hal yang tidak rasional. Berbeda dengan otak kiri, ia memberitahukan sesuatu yang rasional, teratur, dan berurut-urut. Misalnya begini, murid SD disuruh kreatif sama gurunya. Ia disuruh membuat gambar pemandngan. Karena dari dulu gambar pemandangan yang ia tahu hanya yang ada gunung lalu dibawahnya jalan raya dan sungai, maka sampai dia SMU pun hanya gambar itu yang ia tahu. Ketika diperintahkan menggambar pemandangan. Ini keteraturan tapi tidak ada kreativitas. Kalau ada otak kanan maka ia akan memberitahukan sesuatu yang lebih kreatif. Lalu, apakah Anda mau dari dulu jadi karyawan terus menerus, tidak kreatif ingin menjadi pengusaha dan punya karyawan.

Atau begini, anda bangun setiap pagi, mandi, naik angkot ke kantor, bekerja lalu menjelang sore pulang ke rumah setelah itu tidur dan besoknya lagi ke kantor. Itu dijalani selama belasan tahun bahkan sampai kakek-nenek. Dan sama sekali terbatas waktu yang sebanyak-banyaknya dengan orang luar yang lain dari yang dibayangkan.

Itulah keteraturan dan yang mengatur semua itu adalah otak kiri. Apakah Anda mau seprti itu seterusnya? Makanya gunakanlah otak kanan. Mau jadi pengusaha biasakanlah otak kanan Anda yang bekerja. Dan Anda tak perlu setiap hari ke kantor dan pulang sore.

Kenapa tangan kanan kita selalu bergerak? Karena yang menggerakan adalah otak kiri makanya teratur hasilnya. Lalu, apakah kita harus seperti anak SD terus yang hanya pintar menggambar pemandangan satu model yang diajarkan gurunya?

Otak kanan tidak banyak hitungan atau pertimbangan macam-macam. Ia lebih banyak mengerjakan apa yang dipikirkannya. Kalau mau usaha jangan terlalu banyak hitung-hitungan. Waktu bikin banyak usaha saya tidak banyak hitung-hitungan dan Alhamdulillah sukses. Saya kira banyak pengusaha lain yang seperti itu. Lihat saja beberapa orang terkaya di dunia tidak sampai selesai kuliahnya, Bill Gates misalnya bahkan dia menjadi penyokong dana utama Harvard University (Universitas ternama dunia di Amerika).

Ibaratkan kita mau jadi pengusaha itu sama seperti ketika hendak masuk kamar mandi. Kenapa? Karena masuk kamar mandi kita tidak berpikir-pikir....kalau kebelet....yah langsung masuk saja. Terserah di dalam kamar mandi "sukses" atau tidak itu urusan belakang. Kalau di dalam kamar mandi tidak ada sabun kan kita akhirnya keluar juga dan ada upaya untuk mencari. Orang terkadang akan mencari sesuatu apapun yang menurutnya mendesak dengan berbagai cara. Kalau pun pada saat itu tidak ada sabun di rumah ia akan berusaha untuk mencari sabun sampai dapat. Untuk latih otak kanan tidak perlu sekolah-sekolah tinggi. Anak saya yang SMP sekarang kalau bukan karena takut ditanya calon mertua kelak, mungkin dia sudah berhenti sampai SMP saja. Jangan sampai calon mertua nanti tanya, anaknya lulusan apa?