Friday, 21 July 2006
Hampir semua orang khususnya yang terjun di dunia entrepreneurship mengenal nama Purdie E. Chandra. Seorang entrepreneur sukses yang selalu menjadi ikon dalam setiap pembicaraan entrepreneurship. Ia adalah Primagama Group yang outletnya mencapai 400 outlet di seluruh Indonesia. Bahkan akan ekspansi ke luar negeri. Usahanya tidak hanya dibidang pendidikan, terus merambah di bidang lain: traveling, terminal tiket, properti, dan lain-lain.


Dalam berbagai seminar di beberapa kota di Indonesia, atau mentoring Entrepreneur University, ia sering memperkenalkan diri dengan sebutan “Profesi Pengusaha, Pekerjaan Golf”. Hal ini untuk menunjukkan bahwa menjadi pengusaha sukses itu nikmat dan tidak harus menangani sendiri secara langsung. Sebab, semua pekerjaan di perusahaannya sudah ada yang menangani, ia tinggal bekerja “seenaknya” sendiri, maul golf, catur, mancing, atau tiduran sampai bosan juga tidak ada yang melarang. Toh, uang akan datang sendiri. Belakangan ia selalu sibuk dengan hobinya yakni memberikan seminar bisnis di berbagai kota di tanah air khususnya seminar yang digelar oleh cabang-cabang Entrepreneur Universitay di berbagai kota.



Mengikuti beberapa kali seminarnya, dan membaca bukunya yang best seller berjudul “Menjadi Entreprener Sukses”, termasuk berkali-kali kesempatan bertemu secara informal, saya mencatat “teori” bisnisnya yang telah teruji sukses. Teorinya telah mengantarkan Bimbingan Belajar Primagama menjadi sebuah lembaga bimbingan test yang masuk MURI karena memiliki jumlah peserta dan outlet yang terbanyak di Indonesia. Teori-teori bisnisnya berbasis pada “Pengembangan kekuatan otak kanan, otak emosional-spiritual sebagai modal membangun bisnis”.



Kenapa otak kanan? Seperti kita ketahui otak kita terdiri dari dua bagian besar yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah otak yang bekerjanya sekuensial, urut, logis, analitis dan objektif. Otak kiri adalah otak yang tugas utamanya menjelaskan tentang sesuatu hal. Ia pandai menguraikan “benang kusut” menjadi lebih jelas, mengurai masalah dengan jelas berikut alternatif pemecahannya. Sementara otak kanan adalah otak yang bekerjanya, tidak urut, simultan, holistik dan relasional. Otak kanan terkenal juga dengan otak spiritual-emosional yang imajinatif dan kreatif. Berbeda dengan otak kiri yang ahli menjelaskan sesuatu, otak kanan ahli dalam hal “melakukan sesuatu”. Otak kanan adalah juga otak “keberanian”.



Dalam perspektif bisnnis, seseorang dengan dominan otak kiri hanya akan ahli menjelaskan bahwa “binis ini layak”, atau “bisnis itu tidak layak”, “bisnis harus begini dan begitu”, tapi giliran untuk praktik bisnis, otak kiri menjadi peragu. Sebaliknya, otak kanan yang cenderung emosional, sering tanpa perhitungan berani langsung praktik bisnis. Soal hitungan layak-tidaknya sebuah bisnis sering kali dikesampingkan. Menurut seseorang yang dominan otak kanan, soal hitung-menghitung dan soal teknis lainnya, bisa sambil jalan.



Sementara otak kanan adalah otak kreatif, dan imajinatif. Secara kodrati otak ini senantiasa menangkap dorongan spiritual-emosional: “ingin menciptakan sesuatu”, “ingin sukses besar”, “ingin menjadi…” dan dorongan imajinatif lainnya. Singkatnya otak kanan adalah otak pemimpi. Mimpi ingin menjadi pebisnis sukses, misalnya, terletak di otak kanan. Secara khusus, otak kanan adalah otak bisnis. Dikatakan demikian, karena otak kanan di dalamnya terdapat dorongan spiritual-emosional bisnis. Di dalam otak kanan pula tersimpan energi bisnis yang nyaris tidak pernah padam yakni OPTIMISME BISNIS.



Menurut Purdie (2005) bahwa seseorang yang mencerdaskan otak kananya lebih dahulu maka otak kiri akan mengikutinya. Bila otak kanan dinaikkan, maka otak kiri akan mengikutinya. Bila optimisme, kepercayaan diri, kesabaran, ketawakalan, tanggungjawab yang berada di otak kanan ditingkatkan maka otak kiri akan meningkat kemampuanya.


Cara meningkatkan kualitas otak kanan diantaranya melalui kemampuan berimjinasi. Dengan imajinasi pikiran menjadi melayang-layang memimpikan masa depannya yang lebih cemerlang. Imajinasi menjadikan seseorang lebih termotivasi. Karena otak kanan juga dikenal otak spiritual-emosional, maka untuk mencerdaskannya dapat melalui shalat khusyuk, shlat malam, berpuasa, dan berdzikir dalam hati setiap saat. Ketawakalan merupakan bentuk kecerdasan otak kanan.



Apabila otak kanan sudah cerdas, maka dapat menjadi pijakan utama dalam mengembangkan diri dan bisnis. Ketika seseorang bertawakal misalnya, maka resiko apa pun menjadi teratasi dengan baik. Setidaknya hal yang demikian Purdie telah membuktikannya melalui perjalanan bisnisnya yang kini mulai menggurita. Pengalaman sukses bisnisnya tertuang dalam buku best seller-nya “Menjadi Entrepreneur Sukses”.



Bila kita menyimak buku yang diterbitkan oleh Grasindo setebal 199 halaman terdiri 80 artikel format essay pencerahan itu, adalah artikel-artikel berbasis kecerdasan otak kanan atau kecerdasan emosional-spiritual. Hampir semuanya mengupas masalah bagaimana mencerdasakan dan memanfaatkan otak kanan. Simak artikel-artikel dalam Bab Pertama tentang sejumlah berani: “Berani Mimpi”, “Berani Mencoba”, “Berani Merantau”, “Berani Gagal” dan “Berani Sukses”. Pada lima bab berikutnya juga boleh dikatakan merupakan “tip” sukses bisnis berbasis otak kanan seperti sejumlah judul: “Mimpi Jadi Entrepreneur”, “Mimpi Jadi Investor”, “Gagal Kuliah Jadilah Entrepreneur”, “Berani Dulu Baru Terampil”, “Belajar Bisnis Sambil Jalan”.



Teori Purdie sebenarnya dibangun di atas otak kanan dengan mengakses dan memanfaatkan energi potensial otak kanan yakni optimisme. Salah satu kecerdasan puncak otak kanan atau pikiran emosional-spiritual adalah optimisme. Energi optimisme merupakan energi positif hasil kombinasi dari: energi spirit mewujudkan visi ditambah energi sikap positif tidak mengenal gagal, keuletan dan ketawakalan. Optimesme merupakan keyakinan seratus persen bahwa Tuhan tidak akan ingkar janji terhadap setiap usaha manusia pasti ada hasilnya.



Atas dasar optimisme yang bersifat transedental (optimisme atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan tidak ingkar janji) Purdie membangun teori “smart street”, yakni pintar di jalanan, alias pintar karena pengalaman. Kalau mau buka bisnis jangan terlalu banyak pertimbangan kurang ini dan itu. Berani buka usaha, berani beresiko, keterampilan dan sukses akan mengikutinya.



Purdie sangat mempercayai bahwa optimisme transedental merupakan modal utama dalam bisnis. Hal ini tercermin dalam ungkapan-ungkapan populernya pada berbagai kesempatan dan bahkan ungkapan ini menjadi “lagu wajib” dalam entrepreneurship. Jargon yang kemudian menjadi sangat identik dengan “Teori Purdie” adalah BODOL, BOTOL, dan BOBOL.



BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain). Menurut Purdie, kalau mau buka bisnis tapi tidak punya modal duit, maka kita harus tetap optimis dengan modal duit orang lain. Asal bisnisnya, prospektif kita harus optimis dengan duit orang lain. Entah itu berupa pinjaman berbunga, pinjaman sementara, atau bagi hasil . Malah, kata Purdie, meski kita punya uang sendiri kalau ada orang lain yang bersedia meminjami, diterima saja. Uang sendiri bisa untuk tambah modal atau cadangan operasional.



Ada kecenderungan psikologis bila kita bisnis modal pinjaman. Kita menjadi lebih termotivasi, lebih serius untuk menekuni usahanya. Sebab bila sampai target tertentu tidak terpenuhi atau bangkrut, resikonya lebih besar karena harus mengembalikan pinjamannya.



BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain). Apabila Anda kebetulan sudah punya modal duit, tetapi masih ragu-ragu karena belum pengalaman, maka gunakan saja tenaga orang lain. Cari orang-orang yang dapat dipercaya, bertanggungjawab dan terampil di bidangnya. Tugas Anda adalah menciptakan system manajerial dan akuntasi, pembinaan dan kontrol seperlunya.



Setiap entrepreneur harus berani optimis dengan tenaga orang lain. Bukanlah seorang entrepneur beneran bila segalanya dikerjakan sendiri karena tidak percaya terhadap orang lain. Kesuksesan entrepreneur adalah apabila hampir semua aktifitas teknis dan manajerial dikerjakan oleh karyawannya. Tugas utama seorang entrepreneur adalah mengarahkan seluruh aktifitas bisnis sesuai visi dan misinya.



BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Apabila sampai hari ini belum mempunyai ide bisnis, Anda harus berani optomis dengan bisnis orang lain. Bentuknya bisa dimulai dari meniru binis orang lain, bekerja sama dalam bentuk waralaba (franchise), atau menjadi anggota bisnis MLM (multi level marketing). Bisa juga misalnya, bagi hasil laba karena Anda punya tempat (tanah, gedung dan fasilitas lain) sementara orang lain membutuhkannya untuk pengembangan usahanya.



Atas dasar optimisme-optimesme tersebut diatas, Purdie dengan mudahnya mengatakan bahwa memulai bisnis ibarat masuk kamar mandi. Masuk saja, tanpa banyak pertimbangan. Baru setelah masuk kamar mandi, akan mengetahui kekurangannya: kurang sabun, sikat, shampoo atau yang lainnya. Maksudnya, kalau Anda mau memulai bisnis, masuk saja secara optimis, kekurangan akan ketrampilan, modal dan sebagainya dapat dilengkapi nanti.



Kenapa optimisme yang menjadi landasan membangun bisnis yang sukses? Sepanjang masih ada optimisme –yang transeden utamanya— pada seorang entrepreneur, semua pintu kegagalan tertutup, dan semua pintu peluang sukses terbuka lebar. Selebar hati saat-saat menerima ketawakalan menuju sukses.

0 komentar